Perang Kemerdekaan Indonesia 1945

Perang Kemerdekaan Indonesia 1945

Pidato Proklamasi Kemerdekaan oleh Soekarno

Sebelum membaca naskah proklamasi kemerdekaan RI, Soekarno menyampaikan pidato sambutan yang menegaskan Indonesia sudah merdeka dari penjajahan.

Berikut isi pidato kemerdekaan Soekarno atau pidato proklamasi Ri, dikutip dari Hukum Tata Negara Indonesia oleh Dr S Andi Sutrisno, SH, MH, dkk:

Saudara-saudara sekalian!

Saya telah minta saudara-saudara hadir di sini untuk menyaksikan satu peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan beratus-ratus tahun!

Gelombangnya aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita untuk ada naiknya dan turunnya, tetapi jiwa kita tetap menuju cita-cita. Juga di zaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti-henti. Di dalam zaman Jepang ini, tampaknya saja kita menyandarkan diri kita kepada mereka. Tetapi pada hakikatnya, tetap kita menyusun tenaga kita sendiri, tetap kita percaya kepada kekuatan sendiri.

Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air di dalam tangan kita sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya. Saudara-saudara! Dengan ini kami nyatakan kebulatan tekad itu. Dengarkanlah proklamasi kami.

Naskah Proklamasi Otentik

Teks Proklamasi yang sudah mengalami perubahan dikenal dengan nama naskah “Proklamasi Otentik”. Teks Proklamasi Otentik adalah teks Proklamasi yang berupa hasil ketikan Sayuti Melik, ia merupakan seorang tokoh pemuda yang ikut berperan dalam persiapan Proklamasi yang isinya sebagai berikut.

Naskah prolamasi otentik. Sumber: satujam.com

Keterangan tahun pada kedua teks naskah Proklamasi di atas, baik pada teks naskah Proklamasi Klad ataupun pada teks naskah Proklamasi Klad. Tertulis angka “tahun 05”, angka 05 merupakan kependekan dari angka “tahun 2605”. “Tahun 2605” merupakan tahun penanggalan yang dipakai pada pemerintahan pendudukan militer Jepang. Pada saat pembacaan Proklamasi, tahun penanggalan yang berlaku adalah “tahun 2605”.

Setelah mengalami beberapa perubahan, akhirnya teks proklamasi yang sah adalah teks yang dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945. Berikut isi teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Isi teks proklamasi. Sumber satujam.com

Plan B Proklamasi di Jalan Prapatan 10

Di Jalan Prapatan 10 Jakarta, para pemuda militan siap mengantisipasi serangan atau gangguan pihak Jepang. Mereka siap membacakan teks proklamasi di asrama Jalan Prapatan 10 jika upacara bendera di Jalan Pegangsaan Timur 56 tahu-tahu dilarang.

Para tokoh bangsa berdatangan ke kediaman Ir. Soekarno menjelang pukul 10.30. Adapun susunan acara yang telah disusun terdiri atas pembacaan proklamasi, pengibaran bendera Merah Putih, dan sambutan oleh Wali Kota Soewirjo dan dr. Muwardi.

Sebelum acara dimulai, Drs. Moh. Hatta datang mengenakan pakaian putih-putih. Setelah semua siap, upacara dimulai. Latief Hendraningrat mempersilakan Soekarno dan Mohammad Hatta maju ke depan.

Permintaan Pembacaan Ulang Proklamasi

Ingat lokasi proklamasi diubah? Pergantian lokasi ini rupanya membuat sekitar 100 anggota Barisan Pelopor terlambat. Mereka harus jalan kaki kembali dari Lapangan Ikada ke Jalan Pengangsaan, sedangkan Lapangan Ikada saat itu ramai oleh warga.

Para anggota Barisan Pelopor yang terpaksa terlambat menuntut pembacaan ulang proklamasi. Tuntutan ini ditolak, lalu Mohammad Hatta memberikan amanat singkat.

Nah, itu dia suasana peristiwa proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Kini, pascapandemi, upacara HUT ke-78 RI sudah dapat kembali diselenggarakan secara tatap muka seperti pada hari kemerdekaan Indonesia.

Naskah Teks Proklamasi

Naskah proklamasi Indonesia mengalami perubahan yang awalnya ditulis tangan menjadi diketik oleh Sayuti Melik. Naskah baru Proklamasi setelah mengalami perubahan dikenal dengan “Naskah Proklamasi Otentik”, sedangkan sebelum mengalami perubahan disebut dengan “Naskah Proklamasi Klad”.

Bandung Lautan Api

Bandung Lautan Api adalah peristiwa yang ikonik dan menggetarkan. Pada 24 Maret 1946, 200 ribu penduduk Bandung membakar rumah mereka, lalu menuju ke pegunungan di selatan Bandung. Tujuannya untuk mencegah tentara sekutu dan NICA memakai Bandung sebagai markas strategis militer.

Akibat peristiwa ini, api besar berkobar dan asap hitam mengepul di udara. Strategi ini digunakan karena kekuatan Tentara Rakyat Indonesia (TRI) tak sebanding dengan kekuatan sekutu dan NICA.

Tak tinggal diam, tentara Inggris pun menyerang sehingga terjadi pertempuran sengit di Desa Dayeuhkolot, Bandung. Di sini terdapat gudang amunisi milik tentara sekutu. Lalu, dua anggota milisi BRI (Barisan Rakjat Indonesia) ditugaskan untuk menghancurkan gudang amunisi tersebut. Mereka berdua gugur beserta gudang yang terbakar.

Baca Juga: Biografi Insinyur Soekarno yang Dijuluki Singa Podium Indonesia

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Perang Diponegoro dikenal dengan sebutan lain, yakni Perang Jawa. Ini adalah perang besar yang berlangsung selama lima tahun (1825-1830). Sesuai namanya, perang ini dipimpin oleh Pangeran Diponegoro, sementara di pihak musuh dipimpin oleh Jenderal Hendrik Merkus de Kock.

Dengan prinsip "sadumuk bathuk, sanyari bumi ditohi tekan pati" yang artinya sejari kepala sejengkal tanah dibela sampai mati, masyarakat Jawa berperang hingga titik darah penghabisan demi melawan Belanda. Imbas dari perang ini, sekitar 200 ribu penduduk Jawa tewas, sementara pihak Belanda kehilangan 8.000 tentara. Pasukan Jawa banyak yang gugur karena dilemahkan oleh penyakit malaria dan disentri.

Baca Juga: Mengintip 9 Linimasa Sejarah Perjalanan Rupiah, Mata Uang Indonesia

Perang Gerilya Jenderal Soedirman

Perang gerilya dipimpin oleh Jenderal Besar Raden Soedirman, perwira tinggi kelahiran 24 Januari 1916. Strategi perang ini merupakan respons atas Agresi Militer Belanda II. Dalam kondisi lemah akibat penyakit TBC, Soedirman tak gentar untuk terus bergerilya melawan penjajah. Bersama sekelompok kecil tentara dan dokter pribadinya, mereka berjalan jauh melewati hutan, gunung, sungai, dan lembah.

Puncak perang ini terjadi pada pagi hari di tanggal 1 Maret 1949. Serangan besar-besaran ini dilakukan di seluruh wilayah Indonesia dengan fokus utama di Yogyakarta, ibu kota Indonesia pada masa itu. Dalam waktu 6 jam, Kota Yogyakarta berhasil dikuasai oleh pasukan Indonesia dan peristiwa ini dikenang sebagai Serangan Umum 1 Maret 1949.

Sedihnya, setelah peristiwa tersebut, Soedirman masih harus berjuang untuk melawan TBC. Ia dirawat berpindah-pindah, dari Panti Rapih, sanatorium di dekat Pakem, hingga pindah ke Magelang di bulan Desember 1949. Soedirman mengembuskan napas terakhirnya di Magelang pada 29 Januari 1950 pukul 18:30 pada usia yang relatif muda, yakni 34 tahun. Selamat jalan, pahlawan!

Baca Juga: Biografi Inggit Garnasih, Wanita Tangguh di Balik Sosok Soekarno

Perang dahsyat juga pernah terjadi di Bali yang dikenal dengan Puputan Margarana, tepatnya pada 20 November 1946. Sang pemimpin perang adalah Kolonel I Gusti Ngurah Rai dan dilakukan untuk mempertahankan desa Marga dari serangan NICA. Masyarakat Bali berprinsip untuk terus melawan, pantang bagi mereka untuk mundur dan menyerah.

Karena prinsip ini, sebanyak 96 orang gugur, termasuk I Gusti Ngurah Rai. Sementara, di pihak Belanda kehilangan 400 orang akibat Puputan Margarana, lebih banyak dari pihak masyarakat Bali. Padahal, Belanda sudah mendatangkan seluruh pasukannya yang berada di Bali plus pesawat pengebom yang didatangkan dari Makassar.

Baca Juga: Biografi Fatmawati, Istri Soekarno yang Ogah Dimadu dan Ibu Megawati

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait Sejarah Proklamasi

Secara umum masyarakat Indonesia mengakui proklamasi kemerdekaan yang dilakukan Soekarno-Hatta tanggal 17 Agustus 1945 sebagai Hari Kemerdekaan Indonesia. Hal itu menandai terbebasnya bangsa Indonesia dari cengkraman Pemerintah Belanda dan Jepang.

Namun, Belanda baru mengakui kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 pada tahun 2023. Melihat ke belakang, Belanda sejak lama tak pernah mau mengakui bahwa Indonesia merdeka di tanggal tersebut.

Belanda justru menyatakan RI merdeka pada 27 Desember 1949, yang diikuti dengan penyerahan kedaulatan berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar.

Melansir The Conversation, alasan Belanda tidak mengakui kemerdekaan RI di tahun 1945 yaitu karena tak mau bertanggung jawab. Jika Amsterdam mengakui kemerdekaan Indonesia di tahun tersebut, artinya mereka mengakui telah menyerang negara yang berdaulat setelah Perang Dunia II dengan tujuan menjajahnya kembali.

Di tahun itu, Belanda melakukan agresi militer hingga 1949. Dalam versi Belanda, kejahatan itu disebut "tindakan polisionil".

Menurut Belanda, dalam kurun waktu itu, Indonesia masih merupakan wilayah kekuasaannya. Dengan demikian, tindakan mereka membunuh rakyat pribumi dinilai bukan kejahatan perang.

Selain itu, Belanda juga tidak mau repot-repot memperingati kematian mereka yang telah dibunuh. Padahal, korban tewas dalam agresi itu diperkirakan mencapai 4 juta. Namun dalam versi Belanda, hanya ada sekitar 200 ribu orang yang meninggal dunia saat itu.

Pada 2018, Ketua Komite Nasional untuk Hari Peringatan, Gerdi Verbeet, mengatakan bahwa "mereka yang tidak memiliki paspor Belanda tidak akan diingat saat ini."

Meski begitu, pada 2019, komite menyatakan bakal memperingati kematian tanpa kewarganegaraan imbas ulah Belanda. Namun, peringatan itu hanya ditujukan bagi militer, bukan warga sipil.Selain itu, ada pula yang beranggapan bahwa Belanda tak mau mengakui karena enggan membayar kompensasi. Menurut Ketua Komite Utang Kehormatan Belanda, Jeffry Pondaag, Belanda punya konsekuensi hukum di samping mengakui kemerdekaan Indonesia.

"Ini berarti Belanda melakukan kejahatan perang selama perang kemerdekaan, karena mereka menyerang wilayah negara lain. Istilah Hindia Belanda juga harus dihapus dari semua buku," kata dia seperti dikutip AD Nieuws.

Pondaag kemudian melanjutkan, "Dan 4,5 miliar gulden yang dibayarkan Indonesia ke Belanda harus dibayarkan kembali (oleh Belanda). Dengan bunga, itu totalnya 24 miliar."

Akhirnya, Belanda secara resmi mengakui kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Perdana Menteri Belanda Mark Rutte menyatakan akan berkonsultasi dengan Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) mengenai hal tersebut.

Rutte menyampaikan hal ini dalam diskusi di parlemen Belanda tentang kajian dekolonialisasi 1945-1950. Menurutnya, 17 Agustus 1945 merupakan tanggal yang sejak lama dilihat sebagai awal kemerdekaan Indonesia.

17 Agustus 1945 pun diakui oleh raja Belanda yang, menurut Rutte, setiap tahun mengirim telegram ucapan selamat atas kemerdekaan Indonesia.

Peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia dilangsungkan pada Jumat, 17 Agustus 1945, atau tanggal 17 Agustus 2605 berdasarkan tahun kalender Jimmu Jepang. Teks proklamasi dibacakan Soekarno, didampingi Mohammad Hatta. Proklamasi kemerdekaan RI berlangsung di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta Pusat.

Sebelumnya, Mohammad Hatta meminta golongan muda yang bekerja di Kantor Berita Domei untuk memperbanyak memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya, seperti dikutip dari Pasti Bisa Sejarah Indonesia oleh Tim Ganesha Operation. Soekarni, contohnya, bertugas menyebarkan berita kemerdekaan Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arti Penting Proklamasi Bagi Bangsa Indonesia

Pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia merupakan suatu hal yang berarti sehingga memberikan arti penting bagi bangsa Indonesia. Berikut beberapa arti penting Proklamasi Kemerdekaan Indonesia bagi bangsa Indonesia.

Perjuangan para pemuda pada saat itu sangatlah penting karena jika mereka tidak bersikeras untuk memindahkan Soekarno dan Mohammad Hatta maka kemungkinan besar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tidak jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945.

Setelah mengetahui sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia walaupun hanya secara singkat kita jadi tahu bagaimana perjuangan yang dirasakan ketika merancang teks Proklamasi hingga pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Hingga saat ini, walaupun hari kemerdekaan Indonesia sudah terlewati, jasa para pahlawan dan pengalaman mereka memperjuangkan hari kemerdekaan yang jatuh tepat pada tanggal 17 Agustus 1945 tetap terasa hingga sekarang yang diabadikan pada buku Senyum Tawa di Hari Kemerdekaan.

Pengibaran Bendera Merah Putih 1945

Pembacaan teks proklamasi oleh Soekarno dilanjutkan dengan pengibaran bendera Merah Putih yang dijahit Fatmawati. Pengibar bendera Merah Putih pertama adalah Latief Hendraningrat, Suhud Sastro Kusumo, dan Soerastri Karma (SK) Trimurti.

Wali Kota Soewirjo dan dr. Muwardi kemudian memberikan sambutan.